PUBLIC SUMMARY
A. Sekilas Tentang KBM
KTI
Koperasi Serba Usaha Bromo Mandiri KTI (KBM KTI)
adalah organisasi yang dibentuk petani di Kecamatan Wonomerto,Sukapura,Lumbang,Sumber,
dan Kuripan, Kab. Probolinggo dengan difasilitasi oleh PT.Kutai Timber Indonesia Probolinggo
yang bertujuan membangun hutan rakyat lestari dan bersertifikat FSC. Berdiri
tanggal 30 Desember 2015 dengan Nomor Badan Hukum 518/BH/XVI.22/556/426.110/2015
bertempat di Jl.Raya Bromo Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo,
Provinsi Jawa Timur. Tujuan sertifikasi hutan rakyat adalah mewujudkan
pengelolaan hutan yang lestari secara produksi, ekonomi, dan sosial.
Proses Sertifikasi
Hutan Lestari FSC
KSU Bromo Mandiri KTI
(KBM KTI) sudah melakukan proses PRA – Assesment untuk seritifikasi FSC
pertanggal 26 Oktober 2015 – 30 Oktober 2015
B.
Anggota, Lahan, dan Areal Kerja
Luas areal kerja sampai tahun 2015 adalah 206,67 hektar,
sebanyak 555 lahan dan 413 orang anggota. Areal tersebar di 5 Kecamatan dan 20
Desa, yaitu Kecamatan Wonomerto (Pohsangit Tengah, Tunggek Cerme), Sukapura (Ngepung,Pakel,Sukapura
,Sapikerep) ,Lumbang (Branggah,Lambangkuning, Negororejo,Palangbesi, Sapih),Sumber
(Cepoko,Rambaan,Sumber,Tukul), dan Kuripan ( Jatisari, Karangrejo,Kedawung, Resongo
,wonoasri). Luas konservasi KSU Bromo Mandiri Kti
adalah 10,08 % dari luas areal total pengelolaan atau sekitar 20,84 hektar yang
terdiri dari areal lindung 10,46 ha atau 5,06 % dan areal konservasi 10,41 Ha
atau 5,03 %. Lahan anggota dibagi menjadi 10 kelompok, dan dibawah
pengawasan 8 Koordinator wilayah.
C.
Deskripsi Areal Kerja dan Sosial Budaya
Ketinggian di area kerja KSU Bromo
Mandiri KTI yaitu cukup bervariasi dari 87 s.d 1400 mdpl. Pada ketinggian ini
sangat cocok untuk bercocok tanam jenis sayuran, buah-buahan, perkebunan, dan
beberapa jenis kayu. Dengan kemiringan lahan secara umum di Kecamatan Sukapura, Lumbang, Kuripan, Sumber dan Wonomerto adalah lahan datar dan miring dengan slope berkisar < 20 % (Datar ) - >20%
(Miring/Curam)
Kondisi sosial
masyarakat Kecamatan Wonomerto,Sukapura,Lumbang,Sumber dan kuripan adalah
masyarakat yang mata pencaharaiannya rata-rata petani . tingkat pendidikan anggota
yang relatif rendah. Bahasa sehari-hari yang dipakai adalah bahasa Madura dan
Jawa .
Masyarakat Wonomerto,Sukapura, Lumbang, Sumber dan Kuripan menggunakan lahan milik untuk menanam tanaman
jenis kayu produksi, palawija, buah-buahan, kopi,rumput gajah dsb. Ketersediaan
air di 5 kecamatan tersebut cukup melimpah, digunakan untuk pengairan dan kebutuhan
rumah tangga. Sistem pengairan untuk rumah tangga
dilakukan secara swadaya masyarakat dengan membuat saluran air dari sumber mata
air terdekat.
D.
Sistem Silvikultur
Jenis tanaman produksi yang
dipilih adalah sengon (Paraserianthes
falcataria). Jenis pengaya yaitu jabon (Anthocephlus cadamba), balsa (Ochroma sp.) Gmelina (Gmelina arborea) . Tanaman tepi digunakan jabon, tanaman teras
digunakan Gliricidae,indigovera dan rumput gajah, tanaman untuk di sempadan
sungai digunakan bambu, Cengkeh, durian, dan jenis Multi Purpose Trees Spesies (MPTS). Sistem penanaman tumpang sari
dengan menggunakan tanaman pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat dengan jarak tanam 3x3m dan 6x2 m.
E.
Pengaturan Hasil
Dengan jumlah pohon 1100/hektar pada
saat tanam dengan ada penjarangan 550/hektar dengan berbagai jenis tanaman
. untuk tanaman past drowing seperti
sengon jumlahnya 400/hektar di akhir daur, riap 0.08 m3/th, dan daur
5 tahun akan diperoleh potensi per-hektar 0.08 x 5 x 400 = 160 m3/ha.
Sedangkan untuk tanaman balsa jumlahnya 100/hektar di akhir daur, riap 0.08 m3/th,
dan daur 5 tahun akan diperoleh potensi per-hektar 0.08 x 5 x 50 = 20 m3/ha
sedangka untuk tanaman yang pertumbuhan lama seperti jabon dan gmelina jumlah
100/hektar di akhir daur, riap 0,05 m3/th dan daur 10 tahun akan di
peroleh potensi perhektar 0,05 x 10 x100 = 50 m3/ha. Etat volume total produksi dari hasil inventarisasi untuk rotasi pertahun dapat dilihat pada tabel
berikut :
Thn
|
2015
|
2016
|
2017
|
2018
|
2019
|
2020
|
2021
|
2022
|
2023
|
2024
|
JTT (m3)
|
854,67
|
3.278,13
|
5.718,13
|
7.248,42
|
7456,19
|
7453,25
|
7454,46
|
7455
|
7455,6
|
7456,59
|
Keterangan : JTT ;Jatah Tebang Tahunan
F.
Konservasi Sumber Daya Hutan
Untuk menjaga
kelestarian lingkungan, KBM KTI membuat program tanaman tepi, tanaman teras,
dan tanaman lindung. Tanaman tepi ditanam pada tepi lahan (jenis jabon,Balsa),
tanaman teras ditanam pada teras/galeng (jenis gliricidae ,indigovera dan
rumput gajah), tanaman lindung ditanam pada areal sempadan sungai , areal curam
(jenis bambu, Cengkeh, dan Jenis MPTS).
Pengelolaan areal konservasi dan lindung
Sasaran konservasi yang menjadi prioritas adalah (a) pengawetan tanah
dan air, (b) menambah biodiversitas, (c) sebagai habitat bagi satwa. Untuk
mencapai sasaran tersebut, direncanakan beberapa program, yaitu:
·
Penanaman tanaman tepi (border trees). Jenis tanaman tepi dipilih jenis
kayu berdaur panjang minimal 15 tahun (jabon dan balsa) yang berfungsi
pengawetan tanah, batas lahan, habitat satwa khususnya burung, dan manfaat
ekonomi lainnya
·
Penanaman tanaman teras dengan Gliricidae,indigovera dan rumput gajah
dengan tujuan mencegah erosi/longsor pada teras yang rawan longsor dan untuk
pakan ternak sehingga menjamin ketersediaan pakan ternak bagi anggota sepanjang
musim.
·
Sistem silvikultur tebang pilih untuk areal miring.
·
Sosialisasi kepada anggota tentang kelestarian lingkungan dan hewan yang
dilindungi.
·
Memasang plang-plang bertema konservasi, misal larangan berburu,
dilarang menebang tanaman konservasi, dsb.
G. Monitoring Sosial
Budaya
Dalam pengelolaan hutan lestari diperlukan
pengelolaan dampak sosial budaya terlebih dalam konteks hutan rakyat yang
dinamis. Pelaksanaan monitoring dan
evaluasi mengikuti prosedur yang telah dibuat. Sejauh ini hasil monitoring
menunjukkan bahwa kondisi sosial masyarakat cukup terbantu dengan adanya KBM
KTI, misalnya anggota mendapat pengetahuan mengenai penebangan, penanaman, dll.
Selain itu dapat meningkatkan ekonomi karena mendapat tambahan
pendapatan dan lapangan pekerjaan dari kegiatan yang dilakukan KBM KTI.
H.
Organisasi dan Pemberdayaan Kelompok
Kelompok mengadakan system administrasi sederhana
dan program kerja yang mengacu dari program KBM KTI. Pertemuan kelompok
bersifat informal dan formal. Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan informasi dilapang, meliputi pelatihan pengenalan stándar dan
prinsip FSC, penanaman, penjarangan, penebangan, pengendalian hama dan penyakit
tanaman, bahan berbahaya dan beracun (B3) ,areal lindung dan HCV, K3 dan
penanganan penyakit endemik, kebakaran hutan, dan resolusi konflik. Diharapkan
kelompok mendapatkan pengetahuan menjadi
organisasi terkecil yang mandiri dalam Unit Manajemen.
I.
Pembiayaan dan Pendapatan
KBM KTI menjalin
kerjasama dengan PT.Kutai Timber Indonesia sebagai pihak pendonor sekaligus pembeli
dari hasil produksi KBM KTI, khususnya kayu (log). Sumber penerimaan KBM KTI
selama proses sertifikasi dan proses menuju kemandirian adalah dari PT.Kutai Timber
Indonesia. Harga log yang sudah bersertifikat memiliki harga lebih mahal
daripada harga pasaran dengan metode pengukuran volume ukur ujung.
J.
Rencana Penilaian dan ekspansi anggota baru
Rencana Main asesment akan dilaksanakan pada awal bulan
Agustus 2016 yang dilakukan oleh tim dari Woodmark dan PT. Mutu Agung Lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar