Senin, 30 September 2019

Public Summary 2019


PUBLIC SUMMARY
02/PS/KBM-KTI/IX/2019

A.      Sekilas Tentang KBM KTI
Koperasi Serba Usaha Bromo Mandiri KTI (KBM KTI) adalah organisasi yang dibentuk petani di Kecamatan Wonomerto, Sukapura, Lumbang, Sumber, dan Kuripan, Kabupaten Probolinggo dengan difasilitasi oleh PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo yang bertujuan membangun hutan rakyat lestari dan bersertifikat pengelolaan hutan lestari. Berdiri tanggal 30 Desember 2015 dengan Nomor Badan Hukum 518/BH/XVI.22/556/426.110/2015 bertempat di Jl. Raya Bromo Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Tujuan sertifikasi hutan rakyat adalah mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari secara produksi, ekonomi, dan sosial.
Sertifikasi KSU Bromo Mandiri KTI
Dalam pengelolan hutan lestari KSU Bromo Mandiri KTI (KBM KTI) sudah mendapatkan sertifikasi pengelolaan hutan lestari yang berlaku mulai 04 Januari 2016 s/d 3 Januari 2022 dengan code sertifikat SA-FM/COC-005493 dan license code FSC-C133562. Dan untuk informasi dapat diakses melalui web site https://info.fsc.org/
Untuk usaha industri penggergajian kayu KBM KTI sudah memiliki Ijin Usaha Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan Nomor P2T/56/14.02/01/IX/2016 dan telah melakukan sertifikasi verifikasi legalitas kayu serta sudah mendapatkan sertifikasi SVLK dengan nomor 0053/MHI-VLK dengan masa berlaku 5 Mei 2017 s/d 4 Mei 2023.
B.       Tujuan pengelolaan
Adapun tujuan pengelolaan hutan KSU Bromo Mandiri Kti adalah :
-          Menciptakan dan mengelola hutan rakyat secara lestari dengan cara merekrut anggota baru baik yang sudah mempunyai tanaman hutan maupun yang akan menanam.
-          Meningkatkan taraf hidup anggota dan masyarakat sekitar dengan pengelolaan hutan rakyat yang lestari serta usaha lainnya.
-          Ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup.
-          Melakukan pemanenan hasil produksi yang ramah lingkungan dan diikuti penanaman kembali.
-          Memenuhi kebutuhan bahan baku kayu bersertifikat hutan lestari kepada pembeli

C.      Anggota, Lahan, dan Areal Kerja
Luas areal kerja sampai Agustus tahun 2019 adalah 1.003,40 hektar, sebanyak 1.847 lahan dan 1.223 orang anggota. Areal tersebar di 6 Kecamatan dan 24 Desa, yaitu Kecamatan Wonomerto (Patalan, Pohsangit Tengah, Tunggek Cerme, dan Sepuh gembol), Sukapura (Ngepung, Sukapura, Sapikerep), Lumbang (Boto, Branggah, Lambangkuning, Lumbang, Negororejo, Palangbesi, Sapih, dan Purut), Sumber (Cepoko, Rambaan, dan Tukul), Kuripan (Jatisari, Karangrejo, Kedawung, Resongo, dan Wonoasri), dan Bantaran (Gunung Tugel). Luas konservasi KSU Bromo Mandiri KTI adalah 10,08 % dari luas areal total pengelolaan atau sekitar  hektar yang terdiri dari areal lindung 51,15 ha atau 5,08 % dan areal konservasi 50,04 hektar atau 5,00 %. Sehingga total areal konservasi yaitu 101,19 Ha. Untuk Lahan anggota dibagi menjadi 12 kelompok, dan dibawah pengawasan 8 Koordinator wilayah.
Areal kerja KBM KTI berbatasan sekitar wilayah kerja berdasarkan pemanfaatannya terdiri dari Persawahan,Hutan Negara, Pemukiman, dan Perkebunan dengan  Status kepemilikan lahan di unit manajemen KBM KTI yaitu lahan warisan dan lahan milik sendiri. Legalitas lahan yang dipergunakan berupa Letter C dan sertifikat tanah yang dibuktikan dengan bukti pelunasan surat pemberitahuan pajak bumi dan bangunan (SPPT). Dan berikut peta areal kerja KBM KTI tahun 2019



Gambar 1.Peta areal Kerja KBM KTI .tahun 2019
D.     Deskripsi Areal Kerja dan Sosial Budaya
Ketinggian di area kerja KSU Bromo Mandiri KTI yaitu cukup bervariasi dari 87 s.d 1.400 mdpl. Pada ketinggian ini sangat cocok untuk bercocok tanam jenis sayuran, buah-buahan, perkebunan, dan beberapa jenis kayu. Dengan kemiringan lahan secara umum di Kecamatan Sukapura, Lumbang, Kuripan, Sumber dan Wonomerto adalah lahan datar dan miring dengan slope  berkisar < 20 % (Datar ) ->20% (Miring/Curam)
Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Wonomerto, Sukapura, Lumbang, Sumber dan Kuripan adalah masyarakat yang mata pencahariannya rata-rata petani. Tingkat pendidikan anggota yang relatif rendah. Bahasa sehari-hari yang dipakai adalah bahasa Madura dan Jawa .
Masyarakat Wonomerto, Sukapura, Lumbang, Sumber, Kuripan, dan Bantaran menggunakan lahan milik untuk menanam tanaman jenis kayu produksi, palawija, buah-buahan, kopi, rumput gajah dsb. Ketersediaan air di 5 kecamatan tersebut cukup melimpah, digunakan untuk pengairan pertanian dan kebutuhan rumah tangga. Sistem pengairan untuk rumah tangga dilakukan secara swadaya masyarakat dengan membuat saluran air dari sumber mata air terdekat.
E.       Sistem Silvikultur
Jenis tanaman produksi yang dipilih adalah sengon (Paraserianthes falcataria). Jenis pengaya yaitu jabon (Anthocephlus cadamba), Balsa (Ochroma sp.) Gmelina (Gmelina arborea). Tanaman tepi digunakan jabon,pisang, tanaman teras digunakan Gliricidae, indigovera dan rumput gajah, tanaman untuk di sempadan sungai digunakan bambu, cengkeh, durian, dan jenis Multi Purpose Trees Spesies (MPTS). Sistem penanaman tumpang sari dengan menggunakan tanaman pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat  dengan pengaturan jarak tanam 3x3m dan 6x2 m.
F.       Pengaturan  Hasil
Luasan areal KBM KTI seluas 1.003,40 Ha dan untuk areal produksi setelah di kurangi areal konservasi seluas 101,19, seluas 902,21 Ha,. Berikut tabel untuk acuan asumsi penetuan jatah tebang :
No
Jenis
*Populasi Awal  (n) /Ha/daur
**Populasi akhir daur  (n) /Ha
Asumsi
Rata-rata Total Volume (m3)/Ha/Thn
Umur daur (thn)
Riap (m3)/thn
Rata-rata Volume(m3) Jenis/Ha/daur
1
Sengon
551.013
211.656
5
  0,08^
12.901,27
13.170,13
2
Balsa
23.390
12.023
3
Jabon
37.830
16.535
10
0,03^^
200,58
4
Gmelina
13.758
3.536
15
68,28

Keterangan :
    Luas areal Produksi setelah di kurangi luas konservasi 46,05 Ha dari luas total 460,32 Ha
*    Diasumsikan dengan menggunakan jarak tanam 6x2 dikarenakan rata-rata di lahan anggota menanam
                          selain   dari 4 jenis tanaman produksi (Sengon,Balsa,Jabon,Gmelina)
**  Diasumsikan dikarenakan ada kematian tanaman,perawatan tanaman berupa penjarangan,tanaman
                          terserang penyakit  sehingga tingkat kehidupan sampai akhir daur 25 %
^    Petak Ukur Permanen (PUP) dari KAM KTI pada tahun 2007 sampai tahun 2016, riap pertumbuhan
                          sengon, dan balsa
 
^^ PUP jabon dan Gmelina yang di laksanakan oleh KBM KTI pada tahun 2015- sekarang
                            bahwa riap untuk jenis ini sekitar 0,03
m3/th  dan berdasarkan studi literatur penelitian wahyudi.
          2012 menyatakan bahwa tanaman jabon umur 12 tahun mempunyai riap diameter tahunan rata-rata
         (MAI diameter sebesar 1,82 cm/thn ,sedangkan menurut manan (1995) riap tanaman jabon sebesar         
         20-24 m3/Ha/thn dengan rotasi 5-10 tahun.  Untuk jenis Gmelina menurut yongki (2015) riap
         pertahun untuk jenis gmelina pada umur tanaman 7 tahun yaitu 9,77 m/tahun
Asumsi di tabel di atas jumlah pohon perhekatar  ±  800 phn pada saat tanam dengan ada penjarangan,kerusakan akibat terserang hama dan penyakit serta roboh, sehingga asumsi jumlah pohon 201 phn/hektar dengan berbagai jenis tanaman .  Untuk tanaman fast growing seperti sengon jumlahnya 163 phn/hektar di akhir daur, riap 0.08 m3/th, dan daur 5 tahun akan diperoleh potensi per-hektar 0.08 x 5 x 163 = 65,22 m3/ha. Sedangkan untuk tanaman balsa jumlahnya 16/hektar di akhir daur, riap 0.08 m3/th, dan daur 5 tahun akan diperoleh potensi per-hektar 0.08 m3 x 5 thn x 15 Ha = 6,276 m3/ha. Sedangkan untuk tanaman yang pertumbuhan lama seperti Jabon jumlah 15/hektar di akhir daur, riap 0,03 m3/th dan daur 10 tahun akan di peroleh potensi perhektar (0,03 m3 x (10 thn x 15 phn)/4)) = 1,112 m3/ha. Sedangkan untuk tanaman Gmelina jumlah 8/hektar di akhir daur, riap 0,03 m3/th dan daur 10 tahun akan di peroleh potensi perhektar (0,03 m3 x (15 thn x 8 phn)/9)) = 0,378 m3/ha Etat volume total produksi dari hasil inventarisasi untuk rotasi pertahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Thn
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
JTT (m3)
13.170,13
13.170,13
13.170,13
13.170,13
13.170,13
13.170,13
13.170,13
13.170,13
Keterangan : JTT : Jatah Tebang Tahunan                           
Teknik pemanenan yang dilakukan di KBM KTI adalah penebangan dengan menggunakan anggrang atau mesin chainsaw dan dilakukan  sesuai jadwal tebang pada tegakan yang layak tebang. Kegiatan pemanenan ini sudah diatur dalam Prosedur penebangan manajemen KBM KTI . Sistem pengaturan hasil yang sesuai diterapkan pada hutan rakyat bersifat fleksibel namun tetap berprinsip sustainable/berkelanjutan dengan tidak memanen melebihi potensi/etat yang ada atau melebihi jatah tebang tahunan yang sudah ditetapkan manajemen KBM KTI.

G.     Konservasi Sumber Daya Hutan
Untuk menjaga kelestarian lingkungan, KBM KTI membuat program tanaman tepi, tanaman teras, dan tanaman lindung. Tanaman tepi ditanam pada tepi lahan (jenis jabon, balsa,pisang), tanaman teras ditanam pada teras/galeng (jenis gliricidae, indigovera dan rumput gajah), tanaman lindung ditanam pada areal sempadan sungai, areal curam (jenis bambu, cengkeh, dan jenis MPTS lainnya).

  1. Pengelolaan areal konservasi dan lindung
Sasaran konservasi yang menjadi prioritas adalah (a) pengawetan tanah dan air, (b) menambah biodiversitas, (c) sebagai habitat bagi satwa. Untuk mencapai sasaran tersebut, direncanakan beberapa program, yaitu:
·         Penanaman tanaman tepi (border trees). Jenis tanaman tepi dipilih jenis kayu berdaur panjang minimal 15 tahun (jabon dan balsa) yang berfungsi pengawetan tanah, batas lahan, habitat satwa khususnya burung, dan manfaat ekonomi lainnya
·         Penanaman tanaman teras dengan Gliricidae, indigovera dan rumput gajah dengan tujuan mencegah erosi/longsor pada teras yang rawan longsor dan untuk pakan ternak sehingga menjamin ketersediaan pakan ternak bagi anggota sepanjang musim.
·         Sistem silvikultur tebang pilih untuk areal miring.
·         Sosialisasi kepada anggota tentang kelestarian lingkungan dan hewan yang dilindungi. 
·         Memasang plang-plang bertema konservasi, misal larangan berburu, dilarang menebang tanaman konservasi, dsb.
H.      Monitoring/Pemantauan Berkala
Dalam pengelolaan hutan lestari diperlukan pengelolaan dampak sosial budaya dan produksi terlebih dalam konteks hutan rakyat yang dinamis.  Pelaksanaan monitoring/pemantauan dan evaluasi mengikuti prosedur yang telah dibuat. Beberapa monitoring/Pemantauan yang dilaksanakan di KBM KTI antara lain :
No
Jenis Monitoring
Periode
Hasil Monitoring Tahun 2018
1
Monitoring dampak lingkungan dan dampak sosial
Tahunan
Kondisi sosial masyarakat cukup terbantu dengan adanya KBM KTI, misalnya anggota mendapat tambahan pengetahuan mengenai penebangan, penanaman, dll. Selain itu dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar karena mendapat tambahan pendapatan, pengetahuan dan lapangan pekerjaan dari kegiatan yang dilakukan KBM KTI
2
Monitoring penebangan
Bulanan
Monitoring penebangan tahun 2018, produksi log sengon di KBM KTI mencapai 3.545,7 m3 dari jatah tebang yang direncanakan sebesar 5.631,1 m3/tahun. Dampak dari kegiatan penebangan yang teridentifikasi adalah semakin meningkat pendapatan petani
3
Monitoring potensi tanaman produksi/inventarisasi tegakan
Tahunan
Bertujuan melihat potensi tanaman di lahan anggota dan dasar perencanaan jatah tebang tahunan.dan hasil monitoring tahun 201 8memiliki potensi.
4
Monitoring pertumbuhan (PUP)
Tahunan
Bertujuan mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman/riap pada lokasi sampling di area kerja KBM KTI dan mengetahui apakah riap yang dipergunakan dalam penentuan jatah tebang tahunan masih relevan
5
Monitoring penanaman
Tahunan
Tingkat keberhasilan dari kegiatan penanaman pada musim tanam 2017/2018 adalah sebesar 70%, yang berarti dari 100 pcs bibit yang ditanam, jumlah tanaman yang hidup adalah 70 pcs. Dari data tersebut, pada tahun tanam 2017/2018 direncanakan untuk melakukan penanaman sebanyak 43.674 pcs termasuk kebutuhan sulam
6
Monitoring NTFP
Tahunan
Potensi hasil hutan bukan kayu yang ada di lahan anggota KBM KTI berdasarkan hasil monitoring tahun 2018 antara lain adalah alpokat, kelapa, cengkeh, pisang, jagung, durian, bambu dan singkong.
7
Monitoring K3 dan kebakaran hutan
Bulanan
Tidak terjadi kecelakaan kerja dan kebakaran lahan di wilayah kerja KBMKTI selama periode tahun 2018
8
Monitoring sosialisasi dan pelatihan
Tahunan
Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan yang ada dikelompok tahun 2018 sesuai dengan rencana, dengan tingkat pemahaman anggota mengenai materi yang diberikan adalah cukup memahami.
9
Monitoring area lindung, HCVF dan konservasi
Tahunan
Hasil monitoring area lindung, HCVF dan konservasi tahun 2018 menunjukkan pada 336 lokasi terdapat tanda batas area lindung yang jelas. Jenis HCV 4.1 sebanyak 322 lokasi, HCV 4.2 sebanyak 5 lokasi, HCV 4.1 & 4.2 sebanyak 6 lokasi, HCV 5 dan 4.1 sebanyak 2 lokasi dan HCV 6 sebanyak 1 lokasi. Pengelolaanya masih baik karena tidak ada ancaman seperti penebangan
10
Monitoring B3

Tahunan
Bertujuan mengetahui penggunaan dan distribusi limbah B3 yang dipergunakan oleh anggota, misal berupa wadah pupuk & pestisida. Hasil monitoring tahun 2018 menunjukkan tidak terdapat penggunaan pestisida kimia.
11
Monitoring hama penyakit tanaman
Tahunan

Hasil monitoring hama dan penyakit tanaman tahun 2018 menunjukkan serangan HPT pada tanaman sengon yang terserang sebanyak 97 lokasi terkena rustgall dengan intensitas serangan <10% dan 35 lokasi terserang rustgall dengan intensitas serangan 10%-20%. . Balsa sebanyak 21 lokasi terserang ulang kantong dengan intensitas serangan <10% dan 11 lokasi terserang ulat kantong 10%-20%. Gmelina terserang ulat sebanyak: 4 lokasi dengan intensitas <10%, 3 lokasi 10-20%, dan 1 lokasi 21-40%. Jabon terserang ulat daun sebanyak: 41 lokasi <10%, 20 lokasi 10-20%, dan 1 lokasi 21-40%.  Upaya pengendalian HPT antara lain dengan sosialisasi dan pelatihan 2M dan pembuatan pestisida organik/nabati serta perbanyakan jenis tanaman.
12
Monitoring flora-fauna
Tahunan
Hasil monitoring flora-fauna tahun 2018, beberapa spesies yang ditemukan antara lain apukat, cengkeh, mangga, burung emprit, cendet dan burung kacamata, dimana jenis flora dan fauna tersebut tidak ada yang termasuk dalam daftar flora fauna yang dilindungi berdasarkan IUCN, PP 7 tahun 1999 dan CITES.
13
Monitoring Aktifitas Illegal
Tahunan
Berdasarkan hasil monitoring, selama tahun 2018 tidak terjadi aktifitas illegal di seluruh areal kerja KBM KTI
14
Monitoring tanaman eksotik dan atau invasif
Tahunan
Berdasarkan hasil monitoring, selama tahun 2018 terdapat beberapa jenis tanaman eksotik yang dibudidayakan di areal kerja KBM KTI seperti jagung, cabai, alpukat, singkong dll, tapi tanaman ini tidak bersifat invasive
15
Monitoring APD dan dokumen kelompok
Tahunan
Berdasarkan hasil monitoring, kondisi APD, inventaris alat (papan informasi kelompok, rak file, kotak P3K, tempat sampah B3) serta kelengkapan dokumen di kelompok masih dalam kondisi baik. Dilakukan penggantian APD dan perlengkapan P3K sesuai hasil monitoring 2018 serta distribusi dokumen terbaru di kelompok.
I.         Organisasi dan Pemberdayaan Kelompok
Kelompok mengadakan sistem administrasi sederhana dan program kerja yang mengacu dari program KBM KTI. Pertemuan kelompok bersifat informal dan formal. Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan informasi di lapang, meliputi pelatihan pengenalan stándar dan prinsip Pengelolaan hutan lestari,penanaman, penjarangan, penebangan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, bahan berbahaya dan beracun (B3), areal lindung dan HCV, K3 dan penanganan penyakit endemik, kebakaran hutan, dan resolusi konflik. Diharapkan kelompok mendapatkan pengetahuan  menjadi organisasi terkecil yang mandiri dalam Unit Manajemen.
J.         Pembiayaan dan Pendapatan
KBM KTI menjalin kerjasama dengan PT. Kutai Timber Indonesia sebagai pihak pendonor sekaligus pembeli dari hasil produksi KBM KTI, khususnya kayu (log). Sumber penerimaan KBM KTI selama proses sertifikasi dan proses menuju kemandirian adalah dari PT. Kutai Timber Indonesia. Harga log yang sudah bersertifikat memiliki harga lebih mahal daripada harga pasaran dengan metode pengukuran volume ukur ujung.    
K.      Rencana Penilaian Tahunan
Rencana proses penilaian tahunan/surveillance akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2019, yang dilakukan oleh tim PT. Mutu Agung Lestari selaku perwakilan dari Soil Association. Sedangkan penilikan tahunan (surveillance) SVLK industri penggergajian kayu KBM KTI dilaksanakan 2 tahun sekali, yang direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2021 oleh PT. Mutu Hijau Indonesia.