PUBLIC SUMMARY
03/PS/KBM-KTI/V/2017
A.
Sekilas
Tentang KBM KTI
Koperasi Serba Usaha Bromo Mandiri KTI (KBM KTI) adalah organisasi yang
dibentuk petani di Kecamatan Wonomerto, Sukapura, Lumbang, Sumber, dan Kuripan,
Kabupaten Probolinggo dengan difasilitasi
oleh PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo yang bertujuan membangun hutan
rakyat lestari dan bersertifikat FSC®. Berdiri tanggal 30 Desember 2015 dengan
Nomor Badan Hukum 518/BH/XVI.22/556/426.110/2015 bertempat di Jl. Raya Bromo
Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Tujuan
sertifikasi hutan rakyat adalah mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari
secara produksi, ekonomi, dan sosial.
Sertifikasi KSU Bromo Mandiri KTI
Dalam pengelolan hutan lestari KSU Bromo Mandiri KTI (KBM KTI) sudah mendapatkan sertifikasi FSC® yang
berlaku mulai 04 Januari 2016 s/d 3 Januari 2022
dengan code sertifikat SA-FM/COC-005493 dan license code FSC-C133562.
Untuk usaha industri KBM KTI sudah memiliki Ijin
Usaha Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan Nomor
P2T/56/14.02/01/IX/2016 dan telah melakukan sertifikasi verifikasi legalitas
kayu serta sudah mendapatkan sertifikasi SVLK dengan
nomor 0053/MHI-VLK dengan masa berlaku 5 Mei 2017 s/d 4 Mei 2023.
B.
Anggota, Lahan, dan Areal Kerja
Luas areal kerja sampai tahun 2016 adalah 206,67 hektar, sebanyak 555 lahan
dan 413 orang anggota. Areal tersebar di 5 Kecamatan dan 20 Desa, yaitu
Kecamatan Wonomerto (Pohsangit Tengah, Tunggek Cerme), Sukapura (Ngepung, Pakel,
Sukapura, Sapikerep), Lumbang (Branggah, Lambangkuning, Negororejo, Palangbesi,
Sapih), Sumber (Cepoko, Rambaan, Sumber, Tukul), dan Kuripan (Jatisari,
Karangrejo, Kedawung, Resongo, Wonoasri). Luas konservasi
KSU Bromo Mandiri KTI adalah 10,08 % dari luas areal total pengelolaan atau
sekitar 20,84 hektar yang terdiri dari areal lindung 10,46 ha atau 5,06 % dan
areal konservasi 10,41 Ha atau 5,03 %. Lahan anggota dibagi menjadi 10 kelompok, dan dibawah
pengawasan 8 Koordinator wilayah.
Status kepemilikan lahan di unit manajemen KBM KTI
yaitu lahan warisan dan lahan milik sendiri. Legalitas lahan yang dipergunakan
berupa Letter C dan sertifikat tanah yang dibuktikan dengan bukti pelunasan
surat pemberitahuan pajak bumi dan bangunan (SPPT).
C.
Deskripsi Areal Kerja dan Sosial
Budaya
Ketinggian di area kerja KSU Bromo Mandiri KTI yaitu
cukup bervariasi dari 87 s.d 1.400 mdpl. Pada ketinggian ini sangat cocok untuk
bercocok tanam jenis sayuran, buah-buahan, perkebunan, dan beberapa jenis kayu.
Dengan kemiringan lahan secara umum di Kecamatan Sukapura, Lumbang, Kuripan, Sumber
dan Wonomerto adalah lahan datar dan miring dengan
slope berkisar < 20 % (Datar ) ->20%
(Miring/Curam)
Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Wonomerto, Sukapura,
Lumbang, Sumber dan Kuripan adalah masyarakat yang mata pencahariannya
rata-rata petani. Tingkat pendidikan anggota yang relatif rendah. Bahasa
sehari-hari yang dipakai adalah bahasa Madura dan Jawa .
Masyarakat Wonomerto, Sukapura, Lumbang, Sumber dan
Kuripan menggunakan lahan milik
untuk menanam tanaman jenis kayu produksi, palawija, buah-buahan, kopi, rumput
gajah dsb. Ketersediaan air di 5 kecamatan tersebut cukup melimpah, digunakan
untuk pengairan dan kebutuhan rumah tangga. Sistem pengairan
untuk rumah tangga dilakukan secara swadaya masyarakat dengan membuat saluran
air dari sumber mata air terdekat.
D.
Sistem Silvikultur
Jenis tanaman produksi yang dipilih adalah sengon
(Paraserianthes falcataria). Jenis
pengaya yaitu jabon (Anthocephlus
cadamba), balsa (Ochroma sp.)
Gmelina (Gmelina arborea). Tanaman tepi digunakan jabon, tanaman teras
digunakan Gliricidae, indigovera dan rumput gajah, tanaman untuk di sempadan
sungai digunakan bambu, cengkeh, durian, dan jenis Multi Purpose Trees Spesies (MPTS). Sistem penanaman tumpang sari
dengan menggunakan tanaman pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat dengan jarak tanam 3x3m dan 6x2 m.
E.
Pengaturan
Hasil
Dengan jumlah pohon 1100/hektar pada saat tanam dengan
ada penjarangan 550/hektar dengan berbagai jenis tanaman. Untuk tanaman fast growing seperti sengon
jumlahnya 400/hektar di akhir daur, riap 0.08 m3/th, dan daur 5
tahun akan diperoleh potensi per-hektar 0.08 x 5 x 400 = 160 m3/ha.
Sedangkan untuk tanaman balsa jumlahnya 100/hektar di akhir daur, riap 0.08 m3/th,
dan daur 5 tahun akan diperoleh potensi per-hektar 0.08 x 5 x 50 = 20 m3/ha
sedangkan untuk tanaman yang pertumbuhan lama seperti jabon dan gmelina jumlah
100/hektar di akhir daur, riap 0,05 m3/th dan daur 10 tahun akan di
peroleh potensi perhektar 0,05 x 10 x100 = 50 m3/ha. Etat volume total produksi
dari hasil inventarisasi untuk rotasi pertahun dapat dilihat pada tabel berikut
:
Thn
|
2015
|
2016
|
2017
|
2018
|
2019
|
2020
|
2021
|
2022
|
2023
|
2024
|
JTT (m3)
|
854,67
|
3.278,13
|
5.718,13
|
7.248,42
|
7456,19
|
7453,25
|
7454,46
|
7455
|
7455,6
|
7456,59
|
Keterangan : JTT : Jatah
Tebang Tahunan
Teknik
pemanenan yang dilakukan di KBM KTI adalah penebangan secara manual dan
dilakukan sesuai jadwal tebang pada tegakan yang layak tebang. Kegiatan
pemanenan ini sudah diatur dalam SOP penebangan. Sistem pengaturan hasil yang
sesuai diterapkan pada hutan rakyat bersifat fleksibel namun tetap berprinsip
sustainable dengan tidak memanen melebihi potensi/etat yang ada atau melebihi
jatah tebang tahunan yang sudah ditetapkan.
F.
Konservasi Sumber Daya Hutan
Untuk menjaga kelestarian lingkungan, KBM KTI
membuat program tanaman tepi, tanaman teras, dan tanaman lindung. Tanaman tepi
ditanam pada tepi lahan (jenis jabon, balsa), tanaman teras ditanam pada
teras/galeng (jenis gliricidae, indigovera dan rumput gajah), tanaman lindung
ditanam pada areal sempadan sungai, areal curam (jenis bambu, cengkeh, dan jenis
MPTS lainnya).
- Pengelolaan areal konservasi dan lindung
Sasaran konservasi yang menjadi prioritas adalah (a) pengawetan tanah
dan air, (b) menambah biodiversitas, (c) sebagai habitat bagi satwa. Untuk
mencapai sasaran tersebut, direncanakan beberapa program, yaitu:
·
Penanaman
tanaman tepi (border trees). Jenis tanaman tepi dipilih jenis kayu berdaur
panjang minimal 15 tahun (jabon dan balsa) yang berfungsi pengawetan tanah,
batas lahan, habitat satwa khususnya burung, dan manfaat ekonomi lainnya
·
Penanaman
tanaman teras dengan Gliricidae, indigovera dan rumput gajah dengan tujuan
mencegah erosi/longsor pada teras yang rawan longsor dan untuk pakan ternak
sehingga menjamin ketersediaan pakan ternak bagi anggota sepanjang musim.
·
Sistem
silvikultur tebang pilih untuk areal miring.
·
Sosialisasi
kepada anggota tentang kelestarian lingkungan dan hewan yang dilindungi.
·
Memasang
plang-plang bertema konservasi, misal larangan berburu, dilarang menebang tanaman
konservasi, dsb.
G.
Monitoring
Sosial Budaya
Dalam pengelolaan hutan lestari diperlukan pengelolaan dampak sosial
budaya terlebih dalam konteks hutan rakyat yang dinamis. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi mengikuti
prosedur yang telah dibuat. Beberapa monitoring yang dilaksanakan di KBM KTI
antara lain :
No
|
Jenis
Monitoring
|
Periode
|
Hasil
Monitoring Tahun 2016
|
1
|
Monitoring dampak lingkungan dan dampak sosial
|
Tahunan
|
Kondisi sosial masyarakat cukup terbantu
dengan adanya KBM KTI, misalnya anggota mendapat tambahan pengetahuan
mengenai penebangan, penanaman, dll. Selain itu dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat sekitar karena mendapat tambahan pendapatan, pengetahuan dan
lapangan pekerjaan dari kegiatan yang dilakukan KBM KTI
|
2
|
Monitoring penebangan
|
Bulanan
|
Monitoring penebangan tahun 2016, produksi log
sengon di KBM KTI mencapai 46,508 m3 dari jatah tebang yang direncanakan sebesar 5.718,03 m3/tahun.
Dampak dari kegiatan penebangan yang teridentifikasi adalah semakin
meningkat pendapatan petani
|
3
|
Monitoring potensi tanaman produksi/inventarisasi tegakan
|
Tahunan
|
Bertujuan melihat potensi tanaman di lahan
anggota dan dasar perencanaan jatah tebang tahunan.
|
4
|
Monitoring pertumbuhan (PUP)
|
Tahunan
|
Bertujuan mengetahui tingkat pertumbuhan
tanaman/riap pada lokasi sampling di area kerja KBM KTI dan mengetahui
apakah riap yang dipergunakan dalam penentuan jatah tebang tahunan masih
relevan
|
5
|
Monitoring penanaman
|
Tahunan
|
Tingkat keberhasilan dari kegiatan penanaman
pada musim tanam 2015/2016 adalah sebesar 95%, yang berarti dari 100 pcs
bibit yang ditanam, jumlah tanaman yang hidup adalah 95 pcs. Dari data
tersebut, pada tahun tanam 2016/2017 direncanakan untuk melakukan penanaman
sebanyak 12.146 pcs termasuk kebutuhan sulam
|
6
|
Monitoring NTFP
|
Tahunan
|
Potensi hasil hutan bukan kayu yang ada di
lahan anggota KBM KTI berdasarkan hasil monitoring tahun 2016 antara lain
adalah apokat, kelapa, cengkeh, pisang, jagung, durian, bambu dan singkong.
|
7
|
Monitoring K3 dan kebakaran hutan
|
Bulanan
|
Tidak terjadi kecelakaan kerja dan kebakaran
lahan di wilayah kerja KBMKTI selama periode tahun 2016
|
8
|
Monitoring sosialisasi dan pelatihan
|
Tahunan
|
Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan yang ada
dikelompok tahun 2016 sesuai dengan rencana, dengan tingkat pemahaman
anggota mengenai materi yang diberikan adalah cukup memahami.
|
9
|
Monitoring area lindung, HCVF dan konservasi
|
Tahunan
|
Hasil monitoring area lindung, HCVF dan
konservasi tahun 2016 menunjukkan pada 159 lokasi terdapat tanda batas area
lindung yang jelas, sedangkan 50 lokasi belum jelas penandaan batasnya.
Jenis HCV 4.1
sebanyak 200 lokasi, HCV 4.2 sebanyak 2 lokasi, HCV 4.1 & 4.2 sebanyak 5
lokasi, HCV 5 sebanyak 2 lokasi dan HCV 6 sebanyak 1 lokasi. Pengelolaanya
masih baik karena tidak ada ancaman seperti penebangan
|
10
|
Monitoring B3
|
Tahunan
|
Bertujuan mengetahui penggunaan dan distribusi
limbah B3 yang dipergunakan oleh anggota, misal berupa wadah pupuk &
pestisida. Hasil monitoring tahun 2016 menunjukkan terdapat penggunaan jenis
gandasil sebanyak 98 lokasi dan penggunaan urea sebanyak di lahan anggota.
Jenis B3 ini tidak dilarang penggunaannya. Hanya saja limbah yang ada
dikumpulkan di bak sampah B3 yang ada dikelompok.
|
11
|
Monitoring hama penyakit tanaman
|
Tahunan
|
Hasil monitoring hama dan penyakit tanaman
tahun 2016 menunjukkan serangan HPT pada tanaman sengon yang terserang sebanyak
79 lokasi (14,2%), balsa sebanyak 40 lokasi (7,2%), gmelina 9 lokasi (1,6%)
dan jabon sebanyak 72 lokasi (12,9%) namun serangan hanya pada beberapa
batang pohon dalam 1 lahan, bukan keseluruhan tanaman (10-20% saja). Upaya
pengendalian HPT antara lain dengan sosialisasi dan pelatihan 2M dan
pembuatan pestisida organic/nabati serta perbanyakan jenis tanaman.
|
12
|
Monitoring flora-fauna
|
Tahunan
|
Hasil monitoring flora-fauna tahun 2016,
beberapa spesies yang ditemukan antara lain apukat, cengkeh, mangga, burung
emprit, cendet dan burung kacamata, dimana jenis flora dan fauna tersebut tidak ada yang
termasuk dalam daftar flora fauna yang dilindungi berdasarkan IUCN, PP 7
tahun 1999 dan CITES.
|
13
|
Monitoring Aktifitas Illegal
|
Tahunan
|
Berdasarkan hasil monitoring, selama tahun
2016 tidak terjadi aktifitas illegal di seluruh areal kerja KBM KTI
|
14
|
Monitoring tanaman eksotik dan atau invasif
|
Tahunan
|
Berdasarkan hasil monitoring, selama tahun
2016 terdapat beberapa jenis tanaman eksotik yang dibudidayakan di areal
kerja KBM KTI seperti jagung, cabai, alpukat, singkong dll, tapi tanaman ini
tidak bersifat invasif
|
15
|
Monitoring APD dan dokumen kelompok
|
Tahunan
|
Berdasarkan hasil monitoring, kondisi APD, inventaris
alat (papan informasi kelompok, rak file, kotak P3K, tempat sampah B3) serta
kelengkapan dokumen di kelompok masih dalam kondisi baik. Dilakukan
penggantian APD dan perlengkapan P3K sesuai hasil monitoring 2016 serta
distribusi dokumen terbaru di kelompok.
|
H.
Organisasi dan Pemberdayaan Kelompok
Kelompok mengadakan sistem administrasi sederhana dan program kerja
yang mengacu dari program KBM KTI. Pertemuan kelompok bersifat informal dan
formal. Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan informasi di lapang, meliputi pelatihan pengenalan
stándar dan prinsip FSC®, penanaman, penjarangan, penebangan, pengendalian hama
dan penyakit tanaman, bahan berbahaya dan beracun (B3), areal lindung dan HCV,
K3 dan penanganan penyakit endemik, kebakaran hutan, dan resolusi konflik.
Diharapkan kelompok mendapatkan pengetahuan menjadi organisasi terkecil yang mandiri dalam
Unit Manajemen.
I.
Pembiayaan dan Pendapatan
KBM KTI menjalin kerjasama dengan PT. Kutai Timber
Indonesia sebagai pihak pendonor sekaligus pembeli dari hasil produksi KBM KTI,
khususnya kayu (log). Sumber penerimaan KBM KTI selama proses sertifikasi dan
proses menuju kemandirian adalah dari PT. Kutai Timber Indonesia. Harga log yang
sudah bersertifikat memiliki harga lebih mahal daripada harga pasaran dengan
metode pengukuran volume ukur ujung.
J.
Rencana
Penilaian Tahunan
Rencana proses penilaian tahunan/surveillance akan dilaksanakan pada
bulan Agustus 2017, yang dilakukan oleh tim PT. Mutu Agung Lestari selaku
perwakilan dari Soil Association. Sedangkan penilikan tahunan (surveillance)
dilaksanakan 2 tahun sekali, yang direncanakan akan dilaksanakan pada bulan
April 2018 oleh PT. Mutu Hijau Indonesia.